(Malang, 03 September 2021) Pusat Studi Smonagenes UB kembali gelar webinar-3 dalam kegiatan Dosen Berkarya (Dokar) secara virtual melalui Zoom Meeting. Kegiatan ini diikuti oleh kurang lebih 40 peserta yang terdiri atas Dosen, peneliti, tenaga Pendidikan, dan mahasiswa dari Universitas Brawijaya serta Balai Penelitian Tanaman Padi (BBPadi). Pada Webinar 3 Program Dokar menghadirkan dua pemateri, yakni apt. Ema Pristi Yunita, S.Farm., M.Farm.Klin dan Dr. Indrastuti Apri Rumanti – Ketua Kelompok Peneliti Pemuliaan, Plasma Nutfah, dan Perbenihan BB PADI.

Materi pertama disampaikan oleh apt. Ema Pristi Yunita, S.Farm., M.Farm.Klin dengan tema “Peran pangan fungsional pada penyakit degeneratif dan metabolik serta Kosmetik Pada Sebagai Antiaging”. Pangan fungsional merupakan pangan yang dapat disajikan serta dikonsumsi sehari-hari sebagai menu yang memenuhi standar mutu, persyaratan keamanan, standar persyaratan lain dan memiliki karakteristik sensoris yang sama seperti makanan pada umumnya. Bu Ema  menyampaikan bahwa “Suatu makanan dapat dikategorikan sebagai pangan fungsional jika memenuhi beberapa persyaratan, yaitu mengandung senyawa bioaktif, nutrisi, vitamin, mineral yang bermanfaat bagi tubuh”. Seiring dengan bertambahnya usia, tubuh mengalami proses kemunduran fungsi sel dari keadaan normal menjadi lebih buruk, dalam istilah medis sering disebut dengan penyakit degeneratif. Penyebab dari penyakit degeneratif dan metabolik adalah multifaktorial, dan seringkali tidak diketahui penyebabnya. “Perbaikan gaya hidup seperti menjalankan hidup sehat dapat mencegah penyakit degeneratif“, imbuh Bu Ema. Dalam materinya bu Ema juga menyampaikan salah satu sumber pangan fungsional yaitu beras berpigmen. “Beras berpigmen saat ini banyak dikaji sebagai pangan fungsional yang mampu mencegah penyakit degenerative, kaya antioksidan, senyawa fitokimia, tinggi asam amino, mineral dan vitamin”, terang bu Ema dalam materinya.

Selain sebagai pangan fungsional, ekstrak beras berpigmen juga dapat digunakan sebagai produk antiaging. Hal ini dikarenakan gejala penuaan dini (degeneratif) tidak hanya menyerang pada sistem kardiovaskuler tetapi juga menyerang kulit. Tingginya antioksidan pada beras merah berguna untuk mencegah penuaan pada kulit. Bu apt. Ema Pristi Yunita menjelaskan bahwa antioksidan yang terkandung dalam beras berpigmen dapat menangkal radikal bebas yang dapat merusak kulit.

Materi kedua disampaikan oleh Dr. Indrastuti Apri Rumanti dengan topik “Strategi Pemuliaan Varietas Unggul Padi Adaptif Lingkungan Sub Optimal”. Lahan sub-optimal adalah lahan yang telah mengalami degradasi serta memiliki kesuburan yang rendah dan tidak mampu mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal. Pemanfaatan lahan sub optimal untuk bercocok tanam didasari karena perubahan iklim di Indonesia serta banyaknya alih fungsi lahan produktif sehingga mempengaruhi persediaan pangan fungsional. Strategi yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan cara memanfaatkan lahan suboptimal sebagai bentuk usaha peningkatan produktivitas. Dr. Indrastuti menjelaskan bahwa langkah pertama untuk strategi pemuliaan padi toleran cekaman lingkungan yakni dengan koleksi plasma nutfah yang berguna untuk donor/tetua pada perakitan varietas, studi genetik, fisiologi dan molekuler serta sebagai varietas diferensial untuk ketahanan hama dan penyakit. “Gene bank BB Padi memiliki 6042 aksesi yang terdiri atas varietas produksi, lokal, unggul baru, galur harapan dan padi liar”, tambah Dr. Indrastuti.

Permasalahan utaman pada budidaya padi yang dialami oleh beberapa petani diantaranya terdiri dari cekaman biotik dan cekaman abiotik. Cekaman biotik meliputi wereng batang coklat, hawa daun bakteri, blast dan tungro. Sementara itu, cekaman abiotik terdiri dari kekeringan, salinitas, rendaman, serta keracunan beberapa zat berbahaya. Dr. Indrastuti juga menjelaskan mengenai ekosistem irigasi di Indonesia termasuk dalam kategori lengkap, diantaranya ada eksositem irigasi, tadah hujan, rawa/daerah terdampak banjir, gogo (daerah kering), serta daerah pantai. “Ada satu hal yang tidak kalah penting dalam menyusun strategi pemuliaan tanaman adalah referensi konsumen, sebaik apapun varietas yang dihasilkan jika tidak sesuai dengan keinginan konsumen maka akan sulit dalam diseminasi atau penyebar luasannya”, tambah Dr. Indrastuti.

Salah satu contoh varietas padi toleran banjir/rendaman adalah inpari 29 rendaman, 30 cihereng sub1, Purwa, Inpara 5 serta Inpara 8 Agirtan. Sementara itu, varietas padi yang memiliki toleran terhadap naungan adalah Rindang 1 Agritan dan Rindang 2 Agritan. Untuk memperkenalkan banyaknya varietas padi yang unggul tersebut, maka perlu dilakukan diseminasi dengan cara Demplot dan Dempfarm. “Pada saat Demplot atau Demfarm tidak hanya mengundang petani, tetapi juga penyuluh, penjual, dan peneliti. Hal ini dilakukan karena menurut kecamata petani dan peneliti biasanya berbeda”, ujar Dr. Indrastuti. Manfaat dari adanya diseminasi adalah dapat mengetahui kekurangan dari varietas yang sudah dibuat, serta mendapat beberapa masukan untuk perbaikan penyusuan strategi varietas selanjutnya (iha).