Program Dosen Berkarya (Dokar) yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Smonagenes dan BB Padi, kembali melaksanakan webinar keempatnya pada Jumat, 17 September 2021. Pada Webinar ke empat ini, program DOKAR dihadiri oleh kurang lebih 40 peserta dengan mengundang dua pemateri dari Universitas Brawijaya yakni, Prof. Dra. Fatchiyah, M.Kes., Ph.D dan Anna Safitri, S.Si, M.Sc., Ph.D.

Prof. Dra. Fatchiyah, M.Kes., Ph.D menyampaikan materi pertama yang berjudul “Antosianin Padi Berpigmen sebagai Nutrisi Sehat Mengontrol Penyakit Metabolik”. Antosianin merupakan suatu pigmen tumbuhan yang dapat larut dalam air dan termasuk ke dalam golongan flavonoid. Adapun jenis antosianin yang umum ditemukan pada tumbuhan diantaranya cyanidin, peonidin, pelargonidin, petunidin, dan malvidin. Antosianin sendiri sudah dikenal sebagai kandungan bahan makanan yang bermanfaat bagi kesehatan karena sifatnya yang anti-diabetes, anti-obesitas, anti-inflamasi dan masih banyak lagi, sehingga dapat digunakan untuk mengontrol berbagai macam penyakit metabolik, salah satunya ialah  obesitas dan penyakit hiperkolesterol. Untuk mengetahui kandungan antosianin pada padi berpigmen, Prof. Fatchiyah bersama dengan Pusat Studi SMONAGENES melakukan identifikasi dan analisis genetic background, serta profiling genomik, fitokimia, dan aktivitas antioksidan dari berbagai macam jenis padi berpigmen yang tersebar di Indonesia untuk mengetahui gen-gen dominan, hubungan kekerabatan, serta aktivitas enzim dan antioksidan dari masing-masing padi berpigmen. Sehingga dapat diketahui kegunaannya bagi tubuh.

Untuk mengetahui fungsi dari antosianin tersebut, Prof. Fatchiyah dan tim melakukan uji fungsi secara in vivo dengan menggunakan animal model dislipidemia dan profiling transkriptomik dari gen C/EBPa, FABP4, dan PPARg beras hitam dengan hasil uji yang sangat baik dimana terjadi penurunan penumpukkan lemak dan kolesterol jahat. Sedangkan kandungan antosianin pada beras merah dapat menetralisir faktor pemicu penyakit diabetes. Ini menandakan bahwa kandungan antosianin dalam beras berpigmen sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan dapat digunakan sumber pangan bernutrisi.

Pemateri kedua adalah Bu Anna Safitri, S.Si., MSc., PhD yang menyampaikan tentang “Teknologi Mikroenkapsulasi untuk Bahan Alam”. Bahan alam adalah senyawa yang disintetis oleh sel dan organisme hidup yang sering digunakan sebagai titik awal untuk penemuan obat diikuti oleh modifikasi sintesis untuk membantu mengurangi efek samping dan meningkatkan bioavailabilitasnya. Adapun mikroenkapsulasi merupakan teknologi untuk melapisi suatu zat ini dari bahan alam dengan suatu lapisan dinding polimer sehingga menjadi partikel kecil berukuran mikro. Bu Anna menjelaskan bahwa dengan teknik mikroenkapsulasi dapat melindungi zak aktif yang dienkapsulasi terhadap degradasi, mengontrol laju pelepasan bahan aktif, mencegah adanya perubahan bau dan warna, serta masih banyak lagi keuntungan dari teknik mikroenkapsulasi. Polimer yang digunakan untuk proses enkapsulasi umumnya adalah polisakarida dan protein, misalnya maltodekstrin, gum arabik, kitosan, serta alginate.

Secara umum, teknik pembuatan mikrokapsul dibedakan menjadi 2 metode utama, yakni metode fisik atau mekanik dan metode kimia. Metode fisik/mekanik dapat dilakukan dengan cara pengeringan semprot (spray drying), pendinginan semprot (spray chilling), dan ekstrusi. Sementara itu, untuk metode kimia dilakukan dengan cara koaservasi. Bu Anna juga mengungkapkan bahwa pada pembuatan mikrokapsul dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah pangadukan, kecepatan pengadukan, suhu, konsentrasi bahan inti, konsentrasi penyalut serta jenis penyalut (iha).

Close Menu