Prof. Fatchiyah, ketua pusat studi Smonagenes Universitas Brawijaya mengisi webinar series yang diselenggarakan oleh PBMI pada 31 Juli 2021 dengan tema Konsep – konsep dasar dan teknik pemeriksaan COVID19 berbasis RT-qPCR SARS-CoV2. Prof. Fatchiyah merupakan salah satu Profesor di Universitas Brawijaya dalam bidang Genetika Molekuler. Beliau telah mengajar materi-materi genetika di Jurusan Biologi – MIPA, Fakultas Kedokteran, Fakultas Teknologi hasil pertanian dan lainnya, baik di dalam Universitas Brawijaya maupun Universitas lainnya. Tidak hanya mengajar di kampus Indonesia, Prof. Fatchiyah juga diundang mengisi kuliah tamu di beberapa negera seperti Jepang, Thailand, Spanyol, dan lainnya. Dalam kegiatan PBMI ini, judul materi yang diangkat prof. Fatchiyah yakni “Reverse Transcription PCR dan qPCR”.

Pada dasarnya, virus SARSCOV2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 merupakan Virus yang memiliki RNA sebagai material genetiknya. “Kedua teknik PCR ini saat ini banyak digunakan untuk deteksi penyakit terutama disaat pandemi ini digunakan untuk diagnosis COVID-19”Kata Prof.Fatchiyah dalam materinya. Prof. Fatchiyah juga menjelaskan bagaimana prisip dasar PCR reverse transcriptase (RT PCR) dan kuantitatif real time PCR atau yang disebut sebagai qPCR. Menurut Prof. Fatchiyah, reverse transcriptase PCR merupakan PCR yang menggunakan mRNA sebagai template atau cetakan dalam proses PCR untuk mengubah mRNA menjadi DNA komplemen untai tunggal atau disebut sebagai cDNA. Sedangkan kuantitatif real time PCR atau disebut qPCR merupakan PCR yang menggunakan cDNA sebagai cetakan atau template dengan jumlah copy gen target diketahui setiap siklus PCR. Perbedaan qPCR dengan PCR biasa yaitu adanya sinyal fluoresen yang terdapat pada komponen PCR, yang mana sinyal fluoresen ini yang akan terdeteksi setiap siklus PCR dan diindikasikan sebagai CT atau cycle treshold. Cycle treshold (CT) didefinisikan sebagai jumlah siklus yang diperlukan agar sinyal fluoresen melewati ambang batas latar (treshold). “Teknik qPCR ini dapat langsung digunakan untuk diagnosis COVID-19 pada pasien dengan lama pengerjaan 3-4 jam, sehingga lebih efisien untuk diagnosis baik segi ketepatan dan efisiensi waktu”Jelas prof.Fatchiyah dalam paparan materinya (drts).

Close Menu